Sebuah Eksplorasi Dilakukan Oleh Seorang Koreografer Bertujuan Untuk
Sebuah Eksplorasi Dilakukan Oleh Seorang Koreografer Bertujuan Untuk – Konflik merupakan perasaan koreografer dalam mengungkapkan dampak pandemi Covid-19. Efek ini menyebabkan banyak tindakan independen tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kegiatan, termasuk kreativitas, terbatas. Pengalaman ini membuat Irfan Setiawan menggambarkan bagaimana orang-orang mengalami konflik-konflik tersebut dalam sebuah karya berjudul Re-Reading Impact. Penggunaan konsep konflik dalam karyanya tidak ada salahnya, karena faktanya ada dua cara untuk menghadapi Covid-19, yaitu kepercayaan dan pengetahuan.
Koreografer menggunakan efek untuk mengungkapkan gerakan yang kontras. Proses penemuan adalah inti dari penciptaan karya ini, karena gerakan yang dihasilkan adalah hasil dari penemuan atau penemuan gerakan dari pemrosesan tubuh. Kami memiliki batasan untuk menampilkan pertunjukan artistik selama pandemi ini. Dari segi performa, Reread Effect tersedia dalam bentuk virtual atau online. Konsep virtual yang digunakan cukup unik menggunakan konsep kamera 360 derajat.
Sebuah Eksplorasi Dilakukan Oleh Seorang Koreografer Bertujuan Untuk
Pengalaman ini membuat Irfan Setiawan menggambarkan bagaimana orang-orang mengalami konflik-konflik tersebut dalam sebuah karya berjudul Re-Reading Impact. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tumbukan berarti tumbukan yang cukup kuat sehingga menimbulkan kerusakan yang besar (2008:180). Dalam Re-reading Impact, benturan divisualisasikan dengan adanya dua orang penari yang saling bertabrakan dan melakukan pose tertentu. Penggunaan konsep konflik dalam karyanya tidak ada salahnya, karena faktanya ada dua cara untuk menghadapi Covid-19, yaitu ilmu dan iman. Sayangnya, pengetahuan yang ada selalu bertentangan dengan keyakinan individu. Berdasarkan hal tersebut, koreografer menemukan kontras dari berbagai jenis benturan.
Julnadi Inderapura: Tari Kemilau Songket Group Sanggar Seni Canang Badantiang Tampil Di Panggung Multikultural Festival
Menurut Yazouli dalam bukunya A Theoretical Study of Dance, dikatakan bahwa penemuan adalah proses dan imajinasi penemuan ide-ide yang berupa gerak, tema dan irama (1994:43). Dalam hal ini penelitian mencari gerak dalam seni tari. Proses penemuan adalah inti dari penciptaan karya ini, karena gerakan yang dihasilkan adalah hasil dari penemuan atau penemuan gerakan dari pemrosesan tubuh. Murgiianto dalam bukunya Koreografi mengatakan bahwa segala sesuatu yang menjadi inspirasi sebuah tarian menjadi personal ketika diasimilasi oleh pemimpin tari (1996: 144). Dalam hal ini, karya Irfan Setiawan terinspirasi dari konflik yang terjadi pada masa pandemi, menggunakan pandemi ini sebagai alat yang dapat menciptakan konfliknya sendiri.
Di era globalisasi, seniman memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi dan menampilkan gaya favoritnya, termasuk bagaimana menampilkan penampilan mereka. Pertunjukan adalah tindakan apresiasi individu atau kelompok yang bertujuan untuk menyajikan karya seni, menyampaikan isi dan tujuannya kepada penonton. Tentunya kami memiliki keterbatasan dalam menampilkan pertunjukan seni di masa pandemi ini. Menyajikan pertunjukan virtual atau online adalah satu-satunya cara. Pertunjukan virtual atau online adalah pertunjukan yang dilakukan secara digital tanpa partisipasi penonton secara langsung. Pertunjukan ini menjadi wadah bagi para seniman untuk tetap berkreasi di tengah pandemi global ini.
Menggunakan konsep kamera 360 derajat pasti menghadirkan beberapa tantangan. Sebagai penonton harus mencari sisi yang tepat untuk mencari posisi penari. Hal ini menyulitkan penonton untuk membaca gerakan penari secara akurat karena harus fokus ke tempat penari menari. Untuk mengabadikan sisi terbaik penari, penonton harus bisa memutar kameranya sendiri dan mengatur letaknya agar penari bisa mengatur tinggi dan rendahnya posisi. Berbeda dengan konsep virtual yang biasanya menampilkan performa dalam 1 (satu) frame video pre-edited. Dalam hal ini, penonton bisa lebih menikmati pola gerak dan koreografi yang ditawarkan para pemain. Teknik ini juga menggunakan teknik zooming dimana kita hanya bisa menemukan detail dari bentuk gerakan yang ditampilkan.
Saat mempresentasikan video pertunjukan virtual untuk latihan tari, materi visual harus digunakan sebanyak mungkin. Ini karena keterbatasan ruang di mana pemirsa tidak dapat melihat secara langsung dan tidak mengetahui bagaimana pekerjaan dilakukan secara umum. Penonton juga tidak merasakan getaran semangat yang ingin disampaikan oleh koreografer dalam karyanya. Namun ternyata dengan konsep kamera 360 derajat, setidaknya bisa mengajak penonton untuk mendapatkan vibe yang mereka inginkan, meski harus mendapatkan posisi yang tepat. Dalam artian, saat penonton menyesuaikan dengan posisi penari, penonton harus aktif bergerak mengikuti arah penari. Secara implisit, konsep kamera 360 derajat mengajak penonton untuk menari. Seperti yang dikatakan RM. Artinya, tari merupakan ekspresi yang berasal dari jiwa manusia yang diekspresikan dalam gerakan ritmis. Penonton menyesuaikan posisinya juga akan ikut bergerak dan mengikuti alur pementasan karya tersebut, sehingga dapat dikatakan juga menari (1972: 4).
Docx) Tari Mayang Madu Karya Arif Anshori Sebagai Salah Satu Bentuk Tari Islami Di Kabupaten Lamongan
Jika kita ingin melihat kreasi virtual menggunakan konsep kamera 360 derajat, kita perlu menyiapkan beberapa hal. Ada berbagai lingkungan yang memudahkan pemirsa, seperti menggunakan ponsel layar sentuh, sehingga kami dapat menentukan posisi pemirsa kami. Kemudian penonton membutuhkan ruang gerak yang cukup, karena penonton harus menyesuaikan posisinya dengan pemain. Serta menggunakan headphone untuk mengidentifikasi dengan jelas musik atau ritme yang digunakan dalam karya tersebut.
#Sebuah #Eksplorasi #Dilakukan #Oleh #Seorang #Koreografer #Bertujuan #Untuk